Takdir Tidak Sekejam Itu

Kata orang, jodoh itu takdir. Karena itu, kalau kamu belum memiliki pasangan, maka itu bukan berarti kamu nggak laku atau jelek, tapi emang takdirnya begitu.

Jadi kamu nggak perlu misuh-misuh atau menggerutu. Nggak perlu juga sampai galau seperti dewa mabok kehabisan tuak. Karena semua sudah diatur.

Setidaknya begitu menurut Jabariyah. Paham ini menganggap takdir seseorang sudah dituliskan bahkan sebelum orang itu lahir. Artinya timelinemu bahkan sudah jadi sebelum kamu membuat akun di Path!

Tuhan, dalam paham ini, berperan sebagai dalang. Kamu, saya, mereka, hanyalah wayang-wayang tanpa kehendak bebas. “Semua sudah digariskan, kita tinggal menjalani saja,” gitu.

Tapi, kalau manusia tidak punya kehendak bebas, kalau semua tingkah-polah manusia diatur oleh Tuhan, kenapa kemudian Tuhan meminta pertanggungjawaban manusia?

Bagaimana mungkin seorang dalang meminta wayang-wayang mempertanggungjawabkan perbuatan mereka padahal dia sendiri yang menggerakkan wayang-wayang itu?

Sehingga menganggap Tuhan memaksakan kehendak-Nya kepada manusia sama saja mengingkari keadilan-Nya.
Lagipula, bukankah Tuhan sendiri yang berkata, “Aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau mereka tidak berusaha.”

Lain Jabariah, lain pula Qadiriyah. Paham ini adalah antitesis Jabariah. Sebab, menurut Qadiriyah, manusia memiliki kehendakbebasnya sendiri. Tuhan hanya menciptakan manusia, selebihnya diserahkan kepada manusia itu sendiri.

Namun kalau benar manusia memiliki kebebasan multak, kalau benar semua yang didapat manusia semata karena usaha mereka sendiri, lantas kenapa ada yang namanya doa?

Perintah Tuhan agar kita berdoa menunjukkan Ia tidak berlepas tangan begitu saja. Tuhan tetap memainkan peran-Nya meskipun –pada saat yang sama– Ia juga memberikan kehendak bebas kepada manusia.

Karena itu, kalau kamu masih menjomblo padahal sudah berusaha sampai jungkir balik dan sudah berdoa hingga berbusa-busa, jangan berputus asa dulu. Sebab takdir ternyata tidak sekejam itu.

_DW_